Minggu, 04 November 2012

UJI DAYA SIMPAN BENIH DENGAN METODE RAM (Rapid Aging Method)


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
            Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim  menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan rendah. Benih sebagai komoditi perdagangan dan unsur  yang baku mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produksi. Dengan pengujian yang dilaksanakan itu perlu mendapatkan penstandaran, selain memudahkan distributor dan pengguna dalam penyediaan perawatan juga harus menjamin ketepatan, kebenaran persyaratannya. Hal ini untuk mencegah para pengguna benih dari segala resiko sehubungan dengan pemilikan dan pemakaian benih –benih tertentu. Penstandaran yang dilakukan suatu laboratorium harus diterima oleh laboratorium lain, dengan demikian produsen-produsen benih harus mengakui dan memperhatikan standar benih tersebut dalam usaha – usahanya, sehingga apa yang dimaksud dengan benih bermutu atau berkualitas yang diproduksi oleh suatu produsen akan memenuhi persyaratan.
            Benih setelah dipenen tidak selalu langsung dimanfaatkan atau di gunakan sebagai bahan tanam, tetapi sering kali benih disimpan untuk waktu yang cukup lama. Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk kekuatan daya simpan. Misalkan benih ortodoks tidak tahan jika disimpan dengan kondisi lingkungan atau kelembapan yang tinggi, sedangkan benih rekalsitran tidak tahan jika disimpan pada kadar kelembapan atau kondisi kelembaan yang rendah. Benih ortodok, yang dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 – 8 %) dalam kondisi temperatur rendah (4 – 18 ºC dan RH 40 – 50%), dan benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan lama (1 – 4 minggu) pada kadar air tinggi (20 – 50%) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18 – 20 ºC) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18 – 20 ºC, RH 50 – 60%).
Dalam melakukan pemanenan dan pengolahan biasanya digunakan beberapa alat-alat yang dapat menyebabkan kerusakan mekanis atau fisik pada benih apabila alat-alat tersebut penggunaannya kurang tepat. Kerusakan mekanis pada benih ditandai dengan rusaknya kulit benih, mudah terserang cendawan atau insek, mudah menyerap uap air sehingga tidak tahan disimpan. Sehingga perlusekali untuk diadakannya pengujian benih. Pengujian benih dilakukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari benih maupun kelompok benih. Benih yang telah mengalami kemunduran dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan priming. Dengan mengetahui perlakuan priming maka dapat mengetahui cara merangsang benih untuk berkecambah.

1.2 Tujuan
Untuk menentukkan ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dan diperkirakan sebelumnya, dari daya kecambah dan daya tumbuhnya. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi sampai akhir periode simpan (Tatipata,dkk, 2004). Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman. Benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) lebih dari 80% (tergantung jenis dan kelas benih) (Mugnisjah dan Setiawan,1995).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai berikut : “ Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”. Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed).
Menurut Kartasapoetra (1989), benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan memiliki daya tumbuh lebih dari 90%. Memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah juga tumbuh dengan normal. Disebut sebagai benih yang matang terdiri dari tiga struktur dasar yaitu embrio, jaringan penyimpan bahan makanan dan kulit benih. Embrio terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan akar. Jaringan penyimpan bahan makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperma atau perisperma.
Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dan diperkirakan sebelumnya, dari daya kecambah dan daya tumbuhnya. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi sampai akhir periode simpan. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman. Benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) lebih dari 80% (tergantung jenis dan kelas benih) ( Sadjat, 1994 ).
Penyimpanan benih menjadi sesuatu yang penting karena setelah dipanen, benih biasanya tidak langsung ditanam melainkan harus menungggu saat tanam selama beberapa waktu. Selain itu benih seringkali harus diangkut dari suatu tempat ke tempat lain dengan menempuh jarak yang cukup jauh. Darjadi dan Harjono (1966) menyatakan bahwa pada dasarnya kegiatan penyimpanan benih itu bertujuan untuk: (1) menjaga dan melindungi benih agar tetap dalam keadaan baik selama disimpan, yaitu selama waktu dikumpulkan sampai ditanam di persemaian atau lapang, (2) melindungi benih dari kerusakan oleh burung, serangga dan binatang lain, dan (3) untuk mencukupi persediaan benih yang dibutuhkan selama waktu tidak musim buah, maupun panen yang tidak mencukupi kebutuhan (Yuniarti, N., 2002).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-anngsur
dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah) , agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Egli dan Krony, 1996 cit. Viera et. al., 2001) dalam jurnal (Purwanti, S.,2004).
Faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah faktor benih itu sendiri, faktor lingkungan fisik ruang, dan faktor jasad hidup diruang penyimpanan. Faktor lingkungan fisik di ruang penyimpanan yang perlu diperhatikan adalah temperatur dan kelembaban. Tingginya temperatur menyebabkan semakin tinggi laju respirasi sehingga mempercepat kemunduran benih, sedangkan kelembaban berpengaruh terhadap kadar air benih dan aktifitas mikroorganisme (Setiawan, 2010). Darjadi dan Harjono (1966), menyatakan bahwa pada dasarnya kegiatan penyimpanan benih itu bertujuan untuk: (1) menjaga dan melindungi benih agar tetap dalam keadaan baik selama disimpan, yaitu selama waktu dikumpulkan sampai ditanam di persemaian atau lapang, (2) melindungi benih dari kerusakan oleh burung, serangga dan binatang lain, dan (3) untuk mencukupi persediaan benih yang dibutuhkan selama waktu tidak musim buah, maupun panen yang tidak mencukupi kebutuhan.
Selain itu, Menurut ISTA (2005) persyaratan media kertas untuk pengujian viabilitas antara lain harus memiliki kapasitas menahan air yang cukup selama periode pengujian benih untuk memastikan kontinuitas suplai air bagi pertumbuhan benih. Optimasi media terutama kelembabannya, selain ditentukan oleh jenis kertas dan ketebalannya (jumlah lembar kertas/unit media), juga ditentukan oleh ukuran benih yang akan diuji. Ukuran benih merupakan faktor penting karena jumlah air yang diperlukan untuk pertumbuhan benih berukuran besar berbeda dengan benih berukuran kecil ( Suwarno F.C., & Deni B.S.,2009).



BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
       Acara praktikum Uji Daya Simpan Benih Dengan Metode Rapid Aging Method (RAM) bertempat di Laboratorium Teknologi Benih Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 3 April 2012  pukul 14.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.    Benih Jagung
2.    Benih Kedelai

3.2.2 Alat
1.    Substrat kertas merang
2.    Plastik
3.    Beaker glass
4.    Krisper plastik
5.    Termometer
6.    Alat pengukur RH
7.    Alat pengukur kadar air benih atau tester
8.    Inkubator
9.    Alat pengecambah

3.3 Cara kerja
1.    Menyiapkan bahan dan alat yang dipergunakan.
2.    Mengukur kadar air benih yang akan disimpan dengan alat pengukur kadar aiar atau dengan metode oven.
3.    Memasukkan lembaran kertas merang yang basah dalam dasar krisper dan menutup bagian dalam krisper, memberi lapisan kertas merang yang kering umtuk menyerap air yang berkondensasi.
4.    Meletakkan benih yang akan diuji dalam beaker glass terbuka dan memasukkan dalam krisper dengan keadaan tertutup (ada dua ulangan).
5.    Menempatkan krisper dalam inkubator yang berkecamabah nisbi (RH) 100% dan suhu 400C   selama empat (4 x 24 jam). Sebagai pembanding (kontrol) memasukkan benih dalam kaleng dan menutup rapat.
6.    Menanam masing-masing benih sebanyak 25 butir dalam sustrat kertas dengan uji UKDdp.

3.4 Rencana Evaluasi
1.    Mengamati kecambah normal dan mati pada hari ke-3 (3 x 24 jam) dan ke-5(5 x 24 jam) serta membuang kecambah yang sudah teramati.
2.    Menghitung kekuatan berkecambah benih berdasarkan presentase kecambah normal pada hari ke-3 (3x24 jam) sebagai nilai kecepatan berkecambah dan hari ke-5(5x24 jam) sebagai nilai daya berkecambah.
3.    Melaksanakan analisis hasil percobaan  dengan membedakan 2 macam perlakuan (kontrol dan RAM) secara tidak berpsangan (unpaired comparison).
4.    Membandingkan secara tersendiri benih jagung dan kedelai serta memberikan kesimpulan saudara benih mana yang tahan disimpan dengan perlakuan metode RAM. Apabila benih jagung atau kedelai yang berkecambah normal ke-5 ≥ 75% dikategorian benih mempunyai vigor daya simpan tinggi.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Jenis Benih
Metode Simpan
UL
Perkecambahan
Hari ke-3
Hari ke-5
Normal
BT
Normal
Abnormal
Mati
Jagung
Kontrol
1
 15
10
13
3
9
2
18
7
10
7
8
3
14
11
15
2
8
RAM
1
13
12
8
2
15
2
6
19
6
4
15
3
11
14
10
5
10
Kedelai
Kontrol
1
14
11
12
4
9
2
9
16
5
5
15
3
15
10
10
4
11
RAM
1
0
25
0
0
 25
2
0
25
0
0
 25
3
1
24
0
0
25


4.2 Pembahasan
Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan. Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang (Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42oC dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang.  Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang diperungaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi.
            Benih dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok benih ortodoks, benih rekalsitran, dan benih intermediate (diantara). Pengelompokan tersebut di dasarkan pada kepekaan terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodoks relatif toleran dan tahan terhadap pengeringan, benih rekalsitran peka terhadap pengeringan, sedangkan benih intermediete berada antara kedua sifat benih tersebut. Benih ortodok tahan untuk pengeringan sampai kadar air mencapai 5 % dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air benih dan suhu lingkungan. Sedangkan benih rekalsitran tidak tahan apabila disimpan pada suhu dibawah 20oC. Beberapa jenis spesies tanaman tropis yang mempunyai sifat rekalsitran atau peka pada terhadap suhu yang rendah adalah kemiri, kakao, karet, kelapa, palma, dan lainnya. Dan untuk benih intermediete adalah benih yang memiliki kedua sifat di atas, hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan. Jika kondisinya menguntungkan, maka benih intermediet dapat mampu terus disimpan tetapi jika kondisi tidak mendukung maka benih tersebut akan mengalami kemunduran.
            Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak boleh terkena cahaya langsung pada saat penyimpanan karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah. Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada suhu 2-5oC.
            Sedangkan Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang.
            Di dalam praktiku ini kita menggunakan metode RAM. Rapid Aging Method (RAM ) atau Metode Pengusangan Cepat (MPC) merupakan salah satu cara mengetahui percepatan penurunan kualitas benih  misalnya simulasi pengusangan dengan kelembaban tinggi dan suhu tinggi . Perlakuan kelembaban tinggi dan suhutinggi pada benih merupakan salah satu upaya devigorasi, yaitu benih ditempatkan pada kondisi yang tidak menguntungkan sehingga viabilitasnya cepat menurun. Kelembaban dan suhu tinggi akan berpengaruh buruk terhadap tampilan vigor benih. Kondisi tersebut menyebabkan perubahan sifat molekul makro yang berpengaruh terhadap aktivitas enzim, membran sel, mitokondria serta organel-organel sel lainnya yang berperan dalam metabolisme perkecambahan. Selama penyimpanan benih, proses fisiologis tetap berlangsung sehingga harus diusahakan agar proses ini berjalan seminimal mungkin (Hendarto, 1996). Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan masih mempunyai viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih disimpan. Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988).           
Ada bebrapa Faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas fisik-fisiologik benih akibat penyimpanan adalah penuaan benih. Penuaan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
SUHU
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 derajat C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Olehk arena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
KADAR AIR
Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan proses pembusukan benih. Hal ini disebabkan air yang terlalu tinggi dapat merangsang untuk aktifnya enzim yang terdapat di dalam benih, sehingga dapat mengakibatkan pembusukan yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri.
TEKANAN OKSIGEN
Oksigen diperlukan benih untuk melakukan proses respirasi. Benih-benih yang disimpan sebaiknya diberikan tekanan yang cukup untuk mempertahankan viabilitas benih (dormansi benih). Tekanan yang terlalu rendah kurang baik bagi benih karena dengan tekanan yang rendah disertai kadar air yang tinggi dapat merangsang aktifitas jamur dan bakteri yang anaerob. Sedangkan tekanan yang tinggi juga dapat mengakibatkan overrespirasi yang dapat menyebabkan benih menjadi kopong akibat cadangan makanan serta enzim terlalu aktif untuk melakukan proses respirasi.
CAHAYA
Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah. 
Maka dari itu, Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan penyimpanan benih harus memperhatikan beberapa teknik yang harus diperhatikan dalam proses penyimpanan benih agar mutu benih dapat terjaga dengan baik, yaitu diantaranya: (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke dalam air dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
Ada beberapa upaya untuk menjaga benih agar mutunya tetap terjaga. Dimana, Penyimpanan benih pada jenis benih ortodoks terdapat beberapa hal berikut yang harus diperhatikan, yaitu : 1).        Menyimpan benih dalam keadaan kering dan sirkulasi udara yang cukup. Benih harus disimpan dalam wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal pada kantong politon yang tebal, toples, atau kaleng yang ditutup rapat; 2).   Menyimpan benih pada tempat yang sejuk dan kering. Penyimpanan yang digunakan dalam benih ortodoks adalah alat penyimpan benih yang dapat mengontrol kondisi lingkungannya;dan 3) Menjaga wadah agar tetap dingin dengan suhu penyimpanan benih 3-5ºC untuk mengurangi penguapan, serangan serangga dan jamur.
Sedangkan untuk penyimpanan benih rekalsitran, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1) . Memberikan fungisida yang cocok ke dalam air untuk mencegah terjadinya serangan jamur yang dapat merusak benih; 2) Karena benih rekalsitran berasal dari buah yang berdaging, maka mengambil dan meletakkan benih dalam air dan biarkan beberapa hari sehingga benih dapat menyerap banyak air dan memungkinkan benih disimpan lama; 3) .         Menyimpan benih tidak dalam waktu yang lama dan segera menggunakannya. Pada umumnya penyimpanan benih rekalsitran akan tahan selama beberapa hari sampai beberapa minggu saja; dan 4) Menyimpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Setelah melakukan praktikum uji benih dengan menggukan metode RAM ini, didapat bahwa Benih jagung memiliki viabilitas lebih tinggi dibandingkan benih kedelai dalam kondisi sama-sama mendapatkan perlakuan metode RAM. Selain itu, Pengujian daya simpan benih  menggunakan RAM sangat kurang efektif dan efisien karena hasil yang duperoleh tidak bisa bipertanggung jawabkan atau keakuratannya <75%.  Maka dari itu, Untuk mempertahankan viabilitas benih, kita harus memperhatika faktor-faktor yang dapat menjada mutu benih, dimana tempat penyimpanan merupakan faktor yang sangat menentukan, dan penyimpanan hendaknya dikerjakan untuk memelihara biji dalam keadaan dormansi, yaitu menahan pertukaran air dan udara dari luar dan memelihara hidupnya embrio.

5.2 Saran
            Pada praktikum kali ini sebaiknya benih yang digunakan bukan lah benih untuk konsumsi atau biji, sehingga data yang di hasilkan akan lebih valid. Disamping itu, hendaknya dalam melakukan pengujian RAM ini, kita harus menerapkan  ketelitian yang tinggi dan memperhatikan ukuran kadar air yang sesauai. Sehingga, hasil yang diperoleh juga akan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2004. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. 255 Hal.

Kartasapoetra, A, G. 1989. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.

Magnisjah, W. dan Setiawan A. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 

Purwanti,S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam Dan Kedelai Kuning. Ilmu pertanian 11 (1) : 22-31, 2004
Sadjad, s.1994. Kuantifikasi metabolisme benih. Pt widia Sarana indonesia, jakarta. 145pp.

Setiawan, A. 2010. Kemunduran Benih Ortodoks dan Rekalsitrant. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suwarno F.C., & Deni B.S.,2009. Efisiensi Beberapa Substrat dalam Pengujian Viabilitas Benih Berukuran Besar dan Kecil. J. Agron. Indonesia 37 (3) : 249 – 255.

Yuniarti, N. 2002.  Metode Penyimpanan Benih Merbau (Intsia bijuga O. Ktze). Manajemen Hutan Tropika VIII (2) : 89-95, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar