BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah
satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih
bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun
tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan benih bermutu
rendah maka hasilnya akan rendah. Benih sebagai komoditi perdagangan dan
unsur yang baku mempunyai peranan
penting dalam meningkatkan produksi. Dengan pengujian yang dilaksanakan itu
perlu mendapatkan penstandaran, selain memudahkan distributor dan pengguna
dalam penyediaan perawatan juga harus menjamin ketepatan, kebenaran
persyaratannya. Hal ini untuk mencegah para pengguna benih dari segala resiko
sehubungan dengan pemilikan dan pemakaian benih –benih tertentu. Penstandaran
yang dilakukan suatu laboratorium harus diterima oleh laboratorium lain, dengan
demikian produsen-produsen benih harus mengakui dan memperhatikan standar benih
tersebut dalam usaha – usahanya, sehingga apa yang dimaksud dengan benih
bermutu atau berkualitas yang diproduksi oleh suatu produsen akan memenuhi
persyaratan.
Benih setelah dipenen tidak selalu langsung dimanfaatkan atau di
gunakan sebagai bahan tanam, tetapi sering kali benih disimpan untuk waktu yang
cukup lama. Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk kekuatan daya
simpan. Misalkan benih ortodoks tidak tahan jika disimpan dengan kondisi
lingkungan atau kelembapan yang tinggi, sedangkan benih rekalsitran tidak tahan
jika disimpan pada kadar kelembapan atau kondisi kelembaan yang rendah. Benih
ortodok, yang dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 – 8 %) dalam kondisi
temperatur rendah (4 – 18 ºC dan RH 40 – 50%), dan benih rekalsitran yang tidak
dapat disimpan lama (1 – 4 minggu) pada kadar air tinggi (20 – 50%) dan kondisi
temperatur dan kelembaban yang sedang (18 – 20 ºC) dan kondisi temperatur dan
kelembaban yang sedang (18 – 20 ºC, RH 50 – 60%).
Dalam melakukan pemanenan dan pengolahan biasanya
digunakan beberapa alat-alat yang dapat menyebabkan kerusakan mekanis atau
fisik pada benih apabila alat-alat tersebut penggunaannya kurang tepat.
Kerusakan mekanis pada benih ditandai dengan rusaknya kulit benih, mudah
terserang cendawan atau insek, mudah menyerap uap air sehingga tidak tahan
disimpan. Sehingga perlusekali untuk diadakannya pengujian benih. Pengujian
benih dilakukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari benih maupun kelompok
benih. Benih yang telah mengalami kemunduran dapat dirangsang untuk berkecambah
dengan perlakuan priming. Dengan mengetahui perlakuan priming maka dapat
mengetahui cara merangsang benih untuk berkecambah.
1.2
Tujuan
Untuk menentukkan ketahanan benih
terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban
tinggi dan suhu tinggi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan benih bermutu
dalam budidaya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena populasi
tanaman yang akan tumbuh dan diperkirakan sebelumnya, dari daya kecambah dan
daya tumbuhnya. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik
dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi sampai akhir periode simpan
(Tatipata,dkk, 2004). Dengan demikian dapat diperkirakan
jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman. Benih dianggap bermutu tinggi
jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) lebih dari 80% (tergantung jenis
dan kelas benih) (Mugnisjah dan Setiawan,1995).
Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai berikut : “ Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman”. Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh
dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi
untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Dengan pengertian ini
maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji
(grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed).
Menurut Kartasapoetra (1989), benih bermutu ialah benih yang telah
dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan
memiliki daya tumbuh lebih dari 90%. Memiliki viabilitas atau dapat
mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu
berkecambah juga tumbuh dengan normal. Disebut sebagai benih yang matang
terdiri dari tiga struktur dasar yaitu embrio, jaringan penyimpan bahan makanan
dan kulit benih. Embrio terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga
atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan akar. Jaringan penyimpan bahan
makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperma atau
perisperma.
Penggunaan benih bermutu dalam
budidaya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena populasi tanaman
yang akan tumbuh dan diperkirakan sebelumnya, dari daya kecambah dan daya
tumbuhnya. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik
dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi sampai akhir periode
simpan. Dengan demikian
dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman. Benih
dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) lebih dari
80% (tergantung jenis dan kelas benih) ( Sadjat, 1994 ).
Penyimpanan benih menjadi sesuatu yang penting karena setelah dipanen,
benih biasanya tidak langsung ditanam melainkan harus menungggu saat tanam
selama beberapa waktu. Selain itu benih seringkali harus diangkut dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menempuh jarak yang cukup jauh. Darjadi dan
Harjono (1966) menyatakan bahwa pada dasarnya kegiatan penyimpanan benih itu
bertujuan untuk: (1) menjaga dan melindungi benih agar tetap dalam keadaan baik
selama disimpan, yaitu selama waktu dikumpulkan sampai ditanam di persemaian
atau lapang, (2) melindungi benih dari kerusakan oleh burung, serangga dan
binatang lain, dan (3) untuk mencukupi persediaan benih yang dibutuhkan selama
waktu tidak musim buah, maupun panen yang tidak mencukupi kebutuhan (Yuniarti,
N., 2002).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara
berangsur-anngsur
dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya
vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan
jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field
emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan
produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran benih kedelai selama
penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain
dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan
perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan
bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal.
Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang
menguntungkan (suhu rendah) , agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir
penyimpanan (Egli dan Krony, 1996 cit. Viera et. al., 2001) dalam jurnal
(Purwanti, S.,2004).
Faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah faktor benih itu
sendiri, faktor lingkungan fisik ruang, dan faktor jasad hidup diruang
penyimpanan. Faktor lingkungan fisik di ruang penyimpanan yang perlu
diperhatikan adalah temperatur dan kelembaban. Tingginya temperatur menyebabkan
semakin tinggi laju respirasi sehingga mempercepat kemunduran benih, sedangkan
kelembaban berpengaruh terhadap kadar air benih dan aktifitas mikroorganisme
(Setiawan, 2010). Darjadi dan Harjono (1966), menyatakan bahwa pada dasarnya
kegiatan penyimpanan benih itu bertujuan untuk: (1) menjaga dan melindungi
benih agar tetap dalam keadaan baik selama disimpan, yaitu selama waktu dikumpulkan
sampai ditanam di persemaian atau lapang, (2) melindungi benih dari kerusakan
oleh burung, serangga dan binatang lain, dan (3) untuk mencukupi persediaan
benih yang dibutuhkan selama waktu tidak musim buah, maupun panen yang tidak
mencukupi kebutuhan.
Selain itu, Menurut ISTA (2005) persyaratan media kertas untuk pengujian
viabilitas antara lain harus memiliki kapasitas menahan air yang cukup selama
periode pengujian benih untuk memastikan kontinuitas suplai air bagi
pertumbuhan benih. Optimasi media terutama kelembabannya, selain ditentukan
oleh jenis kertas dan ketebalannya (jumlah lembar kertas/unit media), juga ditentukan
oleh ukuran benih yang akan diuji. Ukuran benih merupakan faktor penting karena
jumlah air yang diperlukan untuk pertumbuhan benih berukuran besar berbeda
dengan benih berukuran kecil ( Suwarno F.C., & Deni B.S.,2009).
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Acara praktikum Uji Daya
Simpan Benih Dengan Metode Rapid Aging Method (RAM) bertempat di Laboratorium Teknologi
Benih Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 3 April 2012 pukul 14.00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.
Benih Jagung
2.
Benih Kedelai
3.2.2 Alat
1.
Substrat kertas merang
2.
Plastik
3.
Beaker glass
4.
Krisper plastik
5.
Termometer
6.
Alat pengukur RH
7.
Alat pengukur kadar air benih
atau tester
8.
Inkubator
9.
Alat pengecambah
3.3 Cara kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang dipergunakan.
2. Mengukur kadar air benih yang akan disimpan dengan alat pengukur
kadar aiar atau dengan metode oven.
3. Memasukkan lembaran kertas merang yang basah dalam dasar krisper dan
menutup bagian dalam krisper, memberi lapisan kertas merang yang kering umtuk
menyerap air yang berkondensasi.
4. Meletakkan benih yang akan diuji dalam beaker glass terbuka dan
memasukkan dalam krisper dengan keadaan tertutup (ada dua ulangan).
5. Menempatkan krisper dalam inkubator yang berkecamabah nisbi (RH)
100% dan suhu 400C selama
empat (4 x 24 jam). Sebagai pembanding (kontrol) memasukkan benih dalam kaleng
dan menutup rapat.
6. Menanam masing-masing benih sebanyak 25 butir dalam sustrat kertas
dengan uji UKDdp.
3.4 Rencana Evaluasi
1. Mengamati kecambah normal dan mati pada hari ke-3 (3 x 24 jam) dan
ke-5(5 x 24 jam) serta membuang kecambah yang sudah teramati.
2. Menghitung kekuatan berkecambah benih berdasarkan presentase
kecambah normal pada hari ke-3 (3x24 jam) sebagai nilai kecepatan berkecambah
dan hari ke-5(5x24 jam) sebagai nilai daya berkecambah.
3. Melaksanakan analisis hasil percobaan dengan membedakan 2 macam perlakuan (kontrol
dan RAM) secara tidak berpsangan (unpaired comparison).
4. Membandingkan secara tersendiri benih jagung dan kedelai serta
memberikan kesimpulan saudara benih mana yang tahan disimpan dengan perlakuan
metode RAM. Apabila benih jagung atau kedelai yang berkecambah normal ke-5 ≥
75% dikategorian benih mempunyai vigor daya simpan tinggi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Jenis Benih
|
Metode Simpan
|
UL
|
Perkecambahan
|
||||
Hari ke-3
|
Hari ke-5
|
||||||
Normal
|
BT
|
Normal
|
Abnormal
|
Mati
|
|||
Jagung
|
Kontrol
|
1
|
15
|
10
|
13
|
3
|
9
|
2
|
18
|
7
|
10
|
7
|
8
|
||
3
|
14
|
11
|
15
|
2
|
8
|
||
RAM
|
1
|
13
|
12
|
8
|
2
|
15
|
|
2
|
6
|
19
|
6
|
4
|
15
|
||
3
|
11
|
14
|
10
|
5
|
10
|
||
Kedelai
|
Kontrol
|
1
|
14
|
11
|
12
|
4
|
9
|
2
|
9
|
16
|
5
|
5
|
15
|
||
3
|
15
|
10
|
10
|
4
|
11
|
||
RAM
|
1
|
0
|
25
|
0
|
0
|
25
|
|
2
|
0
|
25
|
0
|
0
|
25
|
||
3
|
1
|
24
|
0
|
0
|
25
|
4.2 Pembahasan
Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi
dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis,
sehingga benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor
kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan. Sifat
genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh
terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu menemukan bahwa
varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna
gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang lebih baik
terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan
cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang
(Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas
kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan
fisik (suhu 42oC dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan
berkulit terang. Suhu ruang simpan
berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang
diperungaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada
suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi.
Benih dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok benih ortodoks, benih rekalsitran, dan
benih intermediate (diantara). Pengelompokan tersebut di dasarkan pada kepekaan
terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodoks relatif toleran dan tahan
terhadap pengeringan, benih rekalsitran peka terhadap pengeringan, sedangkan
benih intermediete berada antara kedua sifat benih tersebut. Benih ortodok tahan
untuk pengeringan sampai kadar air mencapai 5 % dan dapat disimpan pada suhu
rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air benih
dan suhu lingkungan. Sedangkan benih rekalsitran tidak tahan apabila disimpan
pada suhu dibawah 20oC. Beberapa jenis spesies tanaman tropis yang mempunyai
sifat rekalsitran atau peka pada terhadap suhu yang rendah adalah kemiri,
kakao, karet, kelapa, palma, dan lainnya. Dan untuk benih intermediete adalah
benih yang memiliki kedua sifat di atas, hal ini juga dipengaruhi oleh
lingkungan. Jika kondisinya menguntungkan, maka benih intermediet dapat mampu
terus disimpan tetapi jika kondisi tidak mendukung maka benih tersebut akan
mengalami kemunduran.
Jenis benih yang
memiliki tipe ortodoks tidak boleh terkena cahaya langsung pada saat
penyimpanan karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk
berkecambah. Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau
dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti :
karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih
dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage”
umumnya pada suhu 2-5oC.
Sedangkan Benih
rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air
benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan
serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam
serbuk gergaji atau arang.
Di dalam praktiku ini
kita menggunakan metode RAM. Rapid Aging Method (RAM ) atau Metode Pengusangan
Cepat (MPC) merupakan salah satu cara mengetahui percepatan penurunan kualitas
benih misalnya simulasi pengusangan
dengan kelembaban tinggi dan suhu tinggi . Perlakuan kelembaban tinggi dan
suhutinggi pada benih merupakan salah satu upaya devigorasi, yaitu benih
ditempatkan pada kondisi yang tidak menguntungkan sehingga viabilitasnya cepat
menurun. Kelembaban dan suhu tinggi akan berpengaruh buruk terhadap tampilan
vigor benih. Kondisi tersebut menyebabkan perubahan sifat molekul makro yang
berpengaruh terhadap aktivitas enzim, membran sel, mitokondria serta
organel-organel sel lainnya yang berperan dalam metabolisme perkecambahan. Selama
penyimpanan benih, proses fisiologis tetap berlangsung sehingga harus diusahakan
agar proses ini berjalan seminimal mungkin (Hendarto, 1996). Tujuan utama
penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode
simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan masih mempunyai
viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih
disimpan. Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara
dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988).
Ada bebrapa Faktor
yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas fisik-fisiologik benih akibat penyimpanan
adalah penuaan benih. Penuaan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
:
SUHU
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 derajat C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Olehk arena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 derajat C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Olehk arena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
KADAR AIR
Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan proses
pembusukan benih. Hal ini disebabkan air yang terlalu tinggi dapat merangsang
untuk aktifnya enzim yang terdapat di dalam benih, sehingga dapat mengakibatkan
pembusukan yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri.
TEKANAN OKSIGEN
Oksigen diperlukan benih untuk melakukan proses
respirasi. Benih-benih yang disimpan sebaiknya diberikan tekanan yang cukup
untuk mempertahankan viabilitas benih (dormansi benih). Tekanan yang terlalu
rendah kurang baik bagi benih karena dengan tekanan yang rendah disertai kadar
air yang tinggi dapat merangsang aktifitas jamur dan bakteri yang anaerob.
Sedangkan tekanan yang tinggi juga dapat mengakibatkan overrespirasi yang dapat
menyebabkan benih menjadi kopong akibat cadangan makanan serta enzim terlalu
aktif untuk melakukan proses respirasi.
CAHAYA
Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat
dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang
foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya
harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh
benih akan merangsang benih untuk berkecambah.
Maka dari itu, Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan
penyimpanan benih harus memperhatikan beberapa teknik yang harus diperhatikan dalam proses penyimpanan benih
agar mutu benih dapat terjaga dengan baik, yaitu diantaranya: (1) Jaga
kelembaban benih. Benih rekalsitran berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan
taruh benih dalam air dan biarkan beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak
air dan memungkinkan benih disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu
diberikan fungisida yang cocok ke dalam air dimana benih direndam dan harus
dilakukan sebelum air habis untuk menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih
dalam keadaan dingin, gelap dan cukup sirkulasi udara untuk membatasi
perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera mungkin. Pada umumnya penyimpanan
akan tahan selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
Ada beberapa upaya untuk menjaga benih agar mutunya
tetap terjaga. Dimana, Penyimpanan benih pada jenis
benih ortodoks terdapat beberapa hal berikut yang harus diperhatikan, yaitu : 1). Menyimpan
benih dalam keadaan kering dan sirkulasi udara yang cukup. Benih harus disimpan
dalam wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal pada kantong politon
yang tebal, toples, atau kaleng yang ditutup rapat; 2). Menyimpan benih pada tempat yang sejuk dan kering. Penyimpanan
yang digunakan dalam benih ortodoks adalah alat penyimpan benih yang dapat mengontrol
kondisi lingkungannya;dan 3) Menjaga wadah agar tetap
dingin dengan suhu penyimpanan benih 3-5ºC untuk mengurangi penguapan, serangan
serangga dan jamur.
Sedangkan untuk penyimpanan benih rekalsitran, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut: 1) . Memberikan
fungisida yang cocok ke dalam air untuk mencegah terjadinya serangan jamur yang
dapat merusak benih; 2) Karena benih rekalsitran berasal
dari buah yang berdaging, maka mengambil dan meletakkan benih dalam air dan
biarkan beberapa hari sehingga benih dapat menyerap banyak air dan memungkinkan
benih disimpan lama; 3) . Menyimpan benih tidak dalam waktu yang
lama dan segera menggunakannya. Pada umumnya penyimpanan benih rekalsitran akan
tahan selama beberapa hari sampai beberapa minggu saja; dan 4) Menyimpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan cukup sirkulasi
udara untuk membatasi perkecambahan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum
uji benih dengan menggukan metode RAM ini, didapat bahwa Benih jagung memiliki
viabilitas lebih tinggi dibandingkan benih kedelai dalam kondisi sama-sama
mendapatkan perlakuan metode RAM. Selain itu, Pengujian
daya simpan benih menggunakan RAM sangat
kurang efektif dan efisien karena hasil yang duperoleh tidak bisa bipertanggung
jawabkan atau keakuratannya <75%.
Maka dari itu, Untuk mempertahankan viabilitas benih, kita harus
memperhatika faktor-faktor yang dapat menjada mutu benih, dimana tempat
penyimpanan merupakan faktor yang sangat menentukan, dan penyimpanan hendaknya
dikerjakan untuk memelihara biji dalam keadaan dormansi, yaitu menahan
pertukaran air dan udara dari luar dan memelihara hidupnya embrio.
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini
sebaiknya benih yang digunakan bukan lah benih untuk konsumsi atau biji,
sehingga data yang di hasilkan akan lebih valid. Disamping itu, hendaknya dalam
melakukan pengujian RAM ini, kita harus menerapkan ketelitian yang tinggi dan memperhatikan ukuran
kadar air yang sesauai. Sehingga, hasil yang diperoleh juga akan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengembangan
Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2004. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Jenderal
Bina Produksi Tanaman Pangan. 255 Hal.
Kartasapoetra, A, G. 1989. Teknologi
Benih. Bina Aksara. Jakarta.
Magnisjah, W. dan Setiawan A. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara.
Jakarta.
Purwanti,S.
2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam Dan Kedelai
Kuning. Ilmu pertanian 11 (1) : 22-31,
2004
Sadjad,
s.1994. Kuantifikasi metabolisme benih. Pt widia
Sarana indonesia, jakarta. 145pp.
Setiawan, A. 2010. Kemunduran
Benih Ortodoks dan Rekalsitrant. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suwarno F.C., & Deni B.S.,2009. Efisiensi
Beberapa Substrat dalam Pengujian Viabilitas Benih Berukuran Besar dan Kecil. J. Agron. Indonesia 37 (3) : 249 – 255.
Yuniarti,
N. 2002. Metode Penyimpanan Benih Merbau (Intsia bijuga O. Ktze). Manajemen Hutan Tropika VIII (2) :
89-95, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar